Fungi adalah eukariota, dan
sebagian besar adalah eukariota multiseluler. Meskipun fungi pernah
dikelompokan kedalam kingdom tumbuhan, fungi adalah organ yang sangat unik yang
umumnya berbeda dari eukariota lainnya ditinjau dari cara memperoleh makan,
organisasi struktural, serta pertumbuhan serta reproduksi. Pada kenyataannya,
kajian molekuler menunjukn bahwa fungi dan hewan kemungkinan berasal dari satu
nenek moyang yang sama. Sebelumnya perlu
diketahui ciri-ciri dari fungi adalah sebagai berikut:
a.
bersifat
eucarioti, tidak berklorofil
b.
uniseluler/multiseluler
tubuh tersusun dari
benang-benang (hifa). Bisa bercabang-cabang disebut micellium.
c.
Dinding
sel tersusun senyawa chitine
d.
Nutrisi
diserap dengan hifa dan micellium
e.
Makanan
diserap dalam bentuk glikogen
f.
Reproduksi
secara vegetatif dan generatif
g.
Hidup
ditempat lembab,basah gelap, banyak zat organik sebagai heterotrof, ada yang
parasit ada yang saprofit.
Sebagai parasit jamur
mengambil makanan langsung dari inangnya.
A. Struktur Vegetatif
Sebelum pengenalan metode molekuler untuk
analisis filogenetik, taksonomis dianggap jamur untuk menjadi anggota dari Kerajaan Tanaman karena kesamaan dalam gaya hidup:
baik jamur dan tanaman terutama bergerak, dan memiliki
kesamaan secara umum pertumbuhan morfologi dan habitatnya. Seperti tanaman, jamur sering tumbuh di
tanah, dan dalam kasus jamur mencolok bentuk tubuh berbuah, yang kadang-kadang mempunyai persamaan
untuk tanaman seperti lumut. Jamur sekarang
dianggap sebagai kerajaan yang terpisah, berbeda dari kedua tumbuhan dan hewan,
dari mana mereka tampaknya telah menyimpang sekitar satu miliar tahun lalu.
Beberapa morfologis, biokimia, dan genetik fitur bersama organisme lain,
sementara lain unik bagi jamur, jelas memisahkan mereka dari kerajaan lain
Bersama fitur:
- Dengan eukariota:
Seperti eukariota lain, mengandung sel-sel jamur yang terikat membran
inti
dengan kromosom
yang mengandung DNA dengan daerah noncoding
disebut intron
dan daerah pengkodean yang disebut ekson. Selain itu, jamur memiliki sitoplasma
terikat membran organel
seperti mitokondria,
sterol
membran yang mengandung, dan ribosom
dari tahun
80-an jenis. Mereka memiliki
berbagai karakteristik larut dan penyimpanan senyawa karbohidrat, termasuk
gula alkohol
(misalnya, manitol),
disakarida,
(misalnya, trehalose),
dan polisakarida
(misalnya, glikogen,
yang juga ditemukan pada hewan
- Dengan binatang: Fungi kurangnya kloroplas
dan heterotrophic
organisme, preformed memerlukan senyawa organik
sebagai sumber energi.
- Dengan
tanaman: Fungi memiliki dinding sel
dan vakuola.
Mereka berkembang biak dengan baik seksual dan aseksual berarti, dan
seperti kelompok tanaman basal (seperti pakis
dan lumut)
menghasilkan spora.
Serupa dengan lumut dan ganggang, jamur biasanya memiliki haploid
inti.
- Dengan
euglenoids
dan bakteri: Tinggi jamur, euglenoids, dan beberapa bakteri menghasilkan asam amino
L-lisin dalam spesifik biosintesis
langkah-langkah, yang disebut α-aminoadipate jalur.
- Sel paling jamur tumbuh sebagai tubular,
memanjang, dan benang-seperti (berserat) struktur dan disebut hyphae,
yang dapat berisi beberapa nukleus dan memperluas di ujungnya. Setiap
ujung berisi satu set kumpulan vesikula-struktur
selular yang terdiri dari protein,
lipid,
dan lain-molekul organik yang disebut Spitzenkörper.
Kedua jamur dan Oomycetes
tumbuh sebagai sel hyphal berserabut. Sebaliknya, organisme yang tampak
serupa, seperti sebagai berserabut ganggang hijau,
tumbuh dengan pembelahan sel berulang dalam rantai sel.
- Sama dengan beberapa spesies tanaman dan
hewan, lebih dari 60 spesies jamur menampilkan fenomena bioluminescence.
Fitur unik:
- Beberapa spesies tumbuh sebagai ragi
bersel tunggal yang berkembang biak dengan tunas
atau fisi biner.
Dimorphic jamur
dapat beralih antara ragi fase dan fase hyphal sebagai tanggapan terhadap
kondisi lingkungan.
- Jamur dinding sel yang terdiri dari glucans
dan kitin;
sementara mantan senyawa juga ditemukan pada tumbuhan dan yang kedua di exoskeleton
dari arthropoda,
jamur adalah satu-satunya organisme yang menggabungkan kedua struktur
molekul dalam sel mereka dinding . Berbeda
dengan tanaman dan Oomycetes, dinding sel jamur tidak mengandung selulosa.
Kebanyakan
jamur kurangnya sistem yang efisien untuk jarak jauh transportasi air dan
nutrisi, seperti xilem
dan Floem
dalam banyak tanaman. Untuk mengatasi keterbatasan ini, beberapa jamur, seperti
Armillaria, bentuk rhizomorphs,
yang mirip dan melakukan fungsi serupa dengan akar
tanaman. Karakteristik lain bersama dengan tanaman termasuk jalur biosintetik
untuk menghasilkan terpene
yang menggunakan asam mevalonic
dan pirofosfat sebagai blok bangunan kimia.
Namun, tanaman memiliki jalur terpene tambahan dalam kloroplas, sebuah struktur
jamur tidak memiliki. Fungi menghasilkan beberapa metabolit sekunder
yang serupa atau identik dalam struktur yang dibuat oleh tanaman. Banyak dari
tanaman dan jamur enzim yang membuat senyawa-senyawa ini berbeda satu sama lain
dalam urutan
dan karakteristik lain, yang menunjukkan asal-usul dan evolusi terpisah enzim
ini di jamur dan tanaman
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu
sel, misalnya khamir, ada pula
jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai
satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar
yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium
menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
|
Hifa adalah
struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding
ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung
organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa.
Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria,
dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa
yang tidak bersepta atau hifa senositik.Struktur hifa senositik
dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan
pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami
modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari
substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
B. Fungi Dimorfisme
Fungi dapat hidup dalam
bentuk dimorfisme yaitu fungi dapat ada dalam bentuk uniseluler (khamir) dan
bentuk benang / filamen (kapang). Fase khamir
timbul bila organisme sebagai parasit atau patogen dalam jaringan,
sedangkan bentuk kapang jika organisme itu merupakan saprofit dalam tanah atau
dalam medium laboratorium.
KAPANG
Kapang
adalah fungi multiseluler yang mempunyai filament, dan pertumbuhan pada makanan
mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.
Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul
akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Sifat-sifat
morfologi kapang, baik penampakan makroskopik maupun mikroskopik, dipergunakan
dalam identifikasi dan klasifikasi kapang.
Kapang
terdiri dari suatu thallus (jamak = thalli)yang tersusun dari filament yang
bercabang yang disebut hifa (tunggal = hypha, jamak = hyphae). Kumpulan dari
hifa disebut miselium (tunggal = mycelium, jamak = mycelia). Hifa tumbuh dari
spora yang melakukan germinasi membentuk suatu tuba germ, dimana tuba ini akan
tumbuh terus membentuk filamen yang panjang dan bercabang yang disebut hifa,
kemudian seterusnya akan membentuk suatu masa hifa yang disebut miselium.
Pembentukan miselium merupakan sifat yang membedakan grup-grup di dalam fungi.
Hifa mungkin tumbh dibawh permukaan yaitu terrendam
didalam subtrat/ makanan, atau pertumbuhannnya mungkin muncul diatas permukaan
subtrat.
Pertumbuhan atau perpanjangan hifa dimulai dengan
pembelahan inti yaitu dapat dimulai dari bagian tengah yang disebut pertumbuhan
interkalar, atau dari bagian ujung hifa yang disebut pertumbuhan apical. Hifa
dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: hifa vegetative atau hifa tumbuh dan
hifa fertile yang membentuk bagian reproduksi.
Kapang
dapat dibedakan atas 2 kelompok berdasarkan atas struktur hifanya yaitu hifa
tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septat yang membagi hifa
dalam mangan-mangan dimana di setiap mangan mampu menjadi satu atau lebih inti
sel. Sitem reproduksi pada kapang yaitu reproduksi aseksual dan reproduksi
seksual
KHAMIR
Khamir termasuk fungi tetapi dibedakan dari kapang karena bentuknya yang
uniseluler. Reproduksi vegetative pada khamir terutama dengan cara pertunasan.
Sebagai tunggal khamir tumbuh dan berkembangbiak lebih cepat dari pada kapang,
yang tumbuh dengan pembentukan filament. Kamir juga lebih efektif dalam memecah
komponen kimia dibandingkan dengan kapang karena mempunyai perbandingan luas
permukaan dengan volume yang lebih besar. Khamir juga berbeda dari ganggang
karena tidak dapat melakukan proses fotosintesis, dan berbeda dari protozoa
karena mempunyai dinding sel yang tegar. Bentuk sel khamir bermacam-macam yaitu
bulat, oval, silinder, ogival yaitu bulat panjang dengan salah satu ujung
runcing, segi tiga melengkung, berbentuk botol, berbentuk apikulat atau lemon,
membentuk pseudomiselium, dsb.
Khamir adalah fungi
ekasel (uniselular)
yang beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti, fermentasi
minuman beralkohol, dan bahkan
digunakan percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan
khamir merupakan anggota divisi Ascomycota,
walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota.
Beberapa jenis khamir, seperti Candida albicans,
dapat menyebabkan infeksi
pada manusia (kandidiasis). Lebih dari seribu spesies
khamir telah diidentifikasi. Khamir yang paling umum digunakan adalah Saccharomyces
cerevisiae, yang dimanfaatkan untuk produksi anggur, roti, tape, dan bir sejak ribuan
tahun yang silam dalam bentuk ragi.
C. Nutrisi Fungi
Fungi membutuhkan
senyawa-senyawa organik sebagai
sumber energinya dan juga untuk biosintesis senyawa-senyawa karbon. Berdasarkan hal tersebut fungi juga disebut sebagai kemoheterotrof, seperti hewan dan sebagian besar bakteri. Merupakan karakter dari fungi
berkenaan dengan nutrisinya
adalah bahwa fungi menyerap moleku-lmolekul organik sederhana terlarut
(monosakarida, asam amino, dan senyawa-senyawa organik) melewati dinding dan
membran sel. Pada
beberapa kasus fungi memperoleh nutrien terlarutnya dari pemecahan senyawa
polimer kompleks yang dilakukan oleh enzim ekstraselulernya depolimerase. Fungi
merupakan organisme pengurai bahan organik utama karena hampir setiap senyawa
organik yang ada di alam ini bisa didegradasi oleh fungi.
Beberapa konsep dasar pengambilan
nutrisi:
1. Terjadi pencernaan luar (external
digestion)
produknya
bisa saja digunakan oleh organisme lain.
2. Terdapat water films dibutuhkan
untuk difusi enzim dan nutrien (hanya berlaku untuk habitat yang relatif
lembab, sensitif terhadap kekeringan sebab mereka harus tetap permeabel
terhadap air).
3. Pada pencernaan ekstraseluler, enzim
dilepas ke lingkungan dengan tanpa dapat dikontrol. Misalnya yang terdapat pada
Sclerotium rolfsii :
·
fungi
ini mensekresi asam oksalik yang mengakibatkan turunnya pH lingkungan hingga
4.0 sementara pH 4.0
merupakan pH terbaik untuk melepas enzim pektik yang mampu mendegradasi lamela
tengah dinding sel tanaman. Contoh lain, Serpula lacrymans
·
mampu
memproduksi cukup air selama mendegradasi selulose sehingga mampu independen
terhadap air luar.
4. Akibat pengambilan nutrien yang terus
menerus
timbul
daerah substrat yang miskin (zones of substrat exhaustion
atau zones of erotions) di sekitar hifa
merangsang pertumbuhan bagian ujung hifa dan juga mengarahkan
gerakan sitoplasma menuju substrat segar. Itulah yang menjadi sebab
yeast tidak pernah
menghasilkan
enzim-enzim depolimerase (misal untuk pati dan selulose) karena mereka
tidak akan mampu
menghindar
dari daerah miskin tersebut. Sebagai gantinya
mereka lebih menyukai habitat yang kaya akan nutrien terlarut, misal pada
daun, permukaan
buah
dan akar, atau pada membran bermukosa (Candida albicans).
Pertahanan
Wilayah (Defence territory)
1.
Sintesis/pembuatan
enzim-enzim depolimerase diatur secara ketat dengan mekanisme kilas balik (feedback
mechanisms), sehingga laju produksi enzim seimbang dengan pemecahan produk
yang digunakan. Organisme lain tak kebagian.
2.
Pemecahan
senyawa polimer dilakukan oleh enzim yang terikat dinding sel sehingga monomer
yang tersedia tidak bisa digunakan oleh organisme lain.
3.
Menghasilkan
antibiotik sehingga menghambat pertumbuhan organisme lain.
Kebutuhan karbon dan energi.
· Hampir segala bentuk senyawa organik alami dapat digunakan
sebagai sumber karbon dan energi oleh beberapa fungi.
· Hampir semua fungi menggunakan glukosa, sementara sebagian yang
lain menggunakan maltosa, heksosa, pentosa dan derivat gula (asam dan alkohol).
· Sejumlah kecil spesies ( misalnya, Leptomitus
lacteus) tidak mampu menggunakan
glukosa ataupun maltosa namun dapat menggunakan asam lemak, asam organik dan
gliserol.
Kayu (selulose,
hemiselulose dan lignin) digunakan oleh hanya sedikit fungi. Selulose merupakan
bahan yang paling melimpah di alam kurang lebih 40% dari bahan dinding sel
tanaman, dan fungi mempunyai peran yang paling utama dalam proses
pendekomposisiannya. Struktur kimia selulose tergolong sederhana yaitu berupa
rantai lurus residu 3000 glukosa yang diikat dengan ikatan ß–1,4.
Namun demikian,
untuk mendekomposisi selulose, fungi memerlukan aktivitas kerja tiga enzim yang
sekaligus disebut selulase, yaitu:
·
selobiohidrolase
suatu exo-acting
enzime memotong unit disakarida yang berurutan (selobiose) dari ujung
non-reduksi rantainya.
·
Endoglukanase
endo-acting enzime bekerja
pada pusat rantai secara random dan akan memecah molekul menjadi
potongan-potongan yang lebih kecil.
·
β-glukosidase memecah selobiase
menjadi glukose.
Material xenobiotics
Fungi tidak
berperan besar dalam proses degradasi materi xenobiotik (non natural,
senyawa sintetik) seperti plastik dan pestisida :
·
Bahan
plastik merupakan
bahan non-biodegradabel karena tersusun atas rantai panjang polimer seperti
polietilen dan polivinil klorida, sehingga bahan ini tidak bisa masuk sel.
Tetapi beberapa fungi mampu menggunakan komponen lain dari plastik komersial
seperti plasticizers (ester glikol) sehingga plastik bisa didegradasi
dengan dilibatkan dalam proses fotooksidasi.
·
Pestisidafungi
tidak mampu mendegradasinya. Hidrokarbon dan bahan-bahan buatan manusia walaupun
tidak umum di alam tetapi mungkin didegradasi oleh fungi, misalnya Amophotheca
resinae (ascomycota) mampu mendegradasi minyak mesin dan bahan bakar jet.
Kebutuhan
fungi akan Nitrogen, Fosfor dan besi:
Nitrogen
Nitrogen
dibutuhkan oleh fungi dalam jumlah terbesar, sehingga nitrogen ini bisa
menjadi faktor pembatas bagi
pertumbuhan fungi di alam. Fungi tidak mampu menambat nitrogen dari udara
sepertihalnya bakteri, tetapi mereka bisa memakai nitrogen dalam bentuk lain,biasanya
amonium (NH4+) atau
dalam bentuk nitrat (NO3 –).
Semua fungi
mampu menggunakan asam amino sebagai
sumber nitrogennya. Sebagian besar fungi mampu menggunakan amonium sebagai sumber tunggal
nitrogennya. Namun pengambilan amonium dapat menyebabkan terjadinya pertukaran
H+ dengan substrat. Akibatnya pH substrat akan menurun dan ini mengakibatkan
penghambatan pada pertumbuhan fungi.
Beberapa fungi
mampu menggunakan nitrat sebagai
sumber tunggal nitrogennya,
yaitu dengan cara mengubahnya
menjadi amonium dengan bantuan enzim nitrat reduktase dan nitrit reduktase.
Nitrat Reduktase Nitrit reduktase
glutamat dehidrogenase glutamin sintetase
NO-
NO-3 NO-2
NH+4 glutamat glutamin
(nitrat) (nitrit) (amonium)
Fosfor
Fosfor
dibutuhkan untuk pembentukan gula fosfat, asam nukleat, ATP dan membran fosfolipid.
Namun di alam, fosfor tersedia dalam jumlah yang sangat kecil (miskin) karena biasanya
tersedia dalam bentuk fosfat organik tak larut ataupun fosfat anorganik
(kalsium dan magnesium). Walaupun demikian fungi mampu beradaptasi dengan
keadaan rendah fosfor dialam (ini berbeda dengan akar tanaman).
Fungi mampu meningkatkan aktivitas
sistem pengambilan fosfornya dengan cara:
1.
melepas
enzim-enzim fosfatase yang mampu memecah fosfat dari sumber-sumber organik.
2.
Melarutkan
fosfat anorganik dengan cara melepas asam-asam organik untuk menurunkan pH
lingkungan.
3.
Selalu
mengarahkan pertumbuhan hifa ke daerah-daerah segar untuk memperoleh fosfor.
4.
Melakukan banyak penyimpanan fosfat cadangan
dalam bentuk polifosfat di vakuola.
Beberapa kelebihan fungi dalam
mengambil fosfor inilah yang menjadi dasar hubungan antara fungi mikorhiza dan
perakaran tanaman.
Kebutuhan
nutrien-nutrien lain:
Vitamin : biasanya
thiamin (B1)dan biotin. Vitamin mempunyai peran utama dalam metabolisme sel.
Asam amino : asparagin, glutamin dan
arginin, atau dikonversi dalam bentuk lain. Asam amino merupakan sumber
nitrogen organik karena beberapa fungi tidak mampu menggunakan nitrat atau
amonium.
Sulfur : dalam bentuk sulfat SO4
2-
Mineral : dibutuhkan
dalam jumlah sedikit, misalnya Fe, Zn, Cu, Mg.
Pengaturan penyerapan nutrien
Substrat dipecah
menjadi molekul-molekul kecil yang kemudian diambil sel untuk metabolisme atau
keperluan regulasi. Penyerapan ini melibatkan enzim permease yang terletak di
membran yang biasanya spesifik untuk gula, asam amino dan lain-lain. Yang
paling disukai, dari kelompok gula adalah glukosa dan dari kelompok nitrogen
adalah NH4+.
Fungi yang tidak bisa ditumbuhkan
(dikultur)
·
Beberapa
fungi yang tetap belum bisa ditumbuhkan di laboratorium adalah fungi yang
berperan sebagai parasit obligat. Fungi ini tidak bisa hidup secara axenik
tanpa sel hidup sebagai inangnya.
D. Reproduksi Fungi (spora: seksual
dan aseksual)
Secara alamiah cendawan atau fungi berkembangbik dengan
berbagai cara, baik secara aseksual dengan pembelahan, penguncupan,atau pembentukan
spora, dapat pula secara seksual dengan peleburan nukleus dari dua sel
induknya. Pada pembelahan, suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak
yang serupa. Pada penguncupan, suatu sel anak tumbuh dari penonjolan kecil pada
sel inangnya.
Spora aseksual, yang berfungsi untuk menyebarkan
species dibentuk dalam jumlah besar. Ada banyak macam spora aseksual:
1. Konidiospora
atau konidium.
Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium. Konidium yang bersar
lagi bersel banyak dinamakan makrokonidium. Konidium dibentuk diujung atau
disisi suatu hifa.
2.
Sporangiospora. Spora
bersel satu ini terbentuk didalam kantung yang disebut sporangium di ujung hifa
khusus (sporangiosfor). Aplanospora ialah sporangiospora nonmotil. Zoospora
ialah sporangiospora yang motil, moyilitasnya disebabkan oleh adanya flagelum.
3.
Oidium atau artrospora. Spora bersel satu ini
terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
4.
Klamidospora. Spora
bersel satu yang berdinding tebal ini sangat resisten terhadap keadaan yang
buruk, terbentuk dari sel-sel hifa somatik.
5. Blastospora.
Tunas atau kuncup pada sel-sel khamir disebut
blastospora.
Spora
seksual, yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus terbentuk lebih jarang,
lebih kemudian, dsan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan spora
aseksual. Juga hanya terbentuk dalam keadaan tertentu. Ada beberapa tipe spora
seksual:
1.
Askospora. Spora bersel
satu ini trerbentuk didalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya
terdapat 8 askospora didalam setiap askos.,
2. Basidiospora.
Spora bersel satu ini terbentuk diatas struktur berbentuk gada yang dinamakan
basidium.
3.
Zigospora. Zigospora
adalahj sporta besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua
hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangia, pada beberapa
cendawan melebur.
4. Oospora.
Spora ini terbentuk didal;am struktur betina khusus yang disebut ooginium.
Pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk didalan anteredium
menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium dapat ada satu atau beberapa
oosfer.
Spora aseksual dan seksual dapat
dikitari oleh sruktur pelindung yang sangat terorganisasi yang disebut tubuh
buah. Tubuh buah asesual diantaranya adalah aservulus dan piknidium. Tubuh buah
seksual yang umum disebut peritesium dan apotesium.
Meskipun suatu cendawan tunggal dapat
membentuk spora aseksual, dan seksual dengan beberapa cara pada waktu yang
berlainan dan dalam keadaan yang berbeda, srukturv serta metode pembentukan
spora-spora itu cukup konstan untuk digunakan dalam identifikasi dan
klasifikasi.
PENUTUP
KESIMPULAN
·
Karakteristik
fungi yang meliputi struktur vegetatif adalah Seperti tanaman,
binatang, euglenoids
dan bakteri, Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Fungi
ada yang satu sel, misalnya khamir, ada
pula jamur yang multiseluler
·
Fungi
membutuhkan senyawa-senyawa organik sebagai sumber energinya dan
juga untuk biosintesis senyawa-senyawa karbon.
·
Reproduksi
fungi secara seksual dan aseksual
SARAN
Dengan
terselesaikannya makalah ini, kami sebagai penyusun mengharapkan agar makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, sehingga dapat menambah pengetahuan
mengenai fungi khusunya karakteristik fungi yang meliputi struktur vegetatif,
fungi dimorfisme, kebutuhan nutrisi fungi dan reproduksi fungi; spora (seksual
dan aseksual).
DAFTAR
PUSTAKA
1. Campbell, Neil A. Dkk. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga.
2. Fardias, Srikandi.1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
3. Marfuah, S. 2006. Modul Biologi Untuk Kelas X.
Purwokerto: SMA N 2 Purwokerto.
4. Pelczar, MJ dan E.C.S. Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta:
UI-press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar